Judul : Wingit
Penulis : Sara Wijayanto
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
Tahun Terbit : 2020
ISBN : 978-623-00-2183-1
Halaman : vii + 244 halaman
"Hantu tersebut berwujud seorang anak kecil laki-laki. Fadi mengambil alih penelusuran saat makhluk tersebut berkomunikasi dengan saya. Selanjutnya kami menyebut hantu anak kecil tersebut dengan nama Adik. Ia memiliki kebiasaan mengangkat kaki kanannya, lalu menggesekkan tulang kering kakinya ke betis kaki kiri seperti merasakan gatal.Ternyata, Adik tidak sendirian. Ia bersama dengan seorang kuntilanak yang ia panggil Tante. Adik bahkan menunjukkan di mana lokasi Tante berada, tepatnya di sebuah pohon. Inilah penelusuran kisah Adik dan Tante Kun beserta hantu-hantu lainnya."
Blurb di sampul belakang buku berjudul "Wingit" karya Sara Wijayanto ini benar-benar memancing penasaranku. Apalagi selama pandemi, eh enggak deh jauh sebelum pandemi pun aku cukup senang dengan hiburan-hiburan yang berhubungan dengan 'mistis'. Bahkan bisa dibilang selain per-Koreaan, hal-hal yang berhubungan dengan mistis mendapat perhatianku tersendiri.
Wingit dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti suci dan keramat, atau angker. Kesan inilah yang selanjutnya dibawa oleh Sara Wijayanto ke dalam buku terbarunya.
Buku Wingit sendiri sebenarnya lahir dari pengalaman Sara Wijayanto sebagai penulis selama perjalanannya melakukan penelusuran ke tempat-tempat misteri. Seperti diketahui banyak orang, Sara Wijayanto, artis yang sempat juga menjadi penyanyi ini sekarang lebih dikenal sebagai konten kreator/YouTuber mistis melalui acara "Diary Misteri Sara (DMS)" yang ditayangkan berkala setiap hari Sabtu melalui akun YouTube miliknya. Sebagai acara yang rutin tayang, DMS sudah memiliki ribuan bahkan jutaan penggemar. Per Januari ini jumlah subscriber di akun YouTube Sara Wijayanto sudah mencapai 7,39 juta. Angka tersebut belum termasuk jumlah pengikut/followers di akun Instagram diarymisterisara yang mencapai 732 ribu dan di akun pribadi sarawijayanto sebanyak 1,9 juta followers.
Dalam setiap video, wawancara dengan berbagai pihak, serta cerita-cerita yang dibagikan baik melalui akun diarymisterisara ataupun akun pribadinya, Sara selalu mengatakan jika dia tidak memaksa orang lain untuk mempercayai apa disampaikannya karena dia hanya ingin berbagi cerita. Cerita dari sosok-sosok tak kasat mata yang ditemuinya di setiap tempat yang dikunjunginya. Sosok-sosok itu, seperti kita manusia meski ada yang memiliki wujud yang mengerikan tapi ternyata memiliki ceritanya tersendiri.
Meski tampak serupa dengan buku-buku lain yang menceritakan pengalaman mistis dari sudut pandang orang yang diberi kemampuan untuk melihat dan berkomunikasi dengan sosok di dunia sana, namun cerita yang disajikan Sara dalam buku ini jauh lebih personal. Bukan personal dalam sudut pandang Sara Wijayanto, melainkan personal dari sudut pandang para hantu sosok tak kasat mata yang kisahnya dipilih oleh Sara Wijayanto.
Baca juga : [Review] Conversation With Ghost by Citra Prima
Terdiri dari tujuh bab yang masing-masing menceritakan tujuh orang sosok yang berbeda. Sara terlebih dulu menceritakan bagaimana latar belakang atau awal mula pertemuannya dengan sosok yang akan diceritakannya sebagai pembuka. Bagaimana kesannya ketika dia bertemu dan hal apa yang kemudian membuatnya memutuskan untuk memilih dan memperbolehkan sosok tersebut bercerita. Baru setelahnya Sara akan memulai cerita mengenai si sosok.
Dalam menceritakan perjalanan hidup si sosok, Sara tak selalu menceritakannya dalam sudut pandang orang ketiga. Dalam beberapa bab, Sara mengubahnya menjadi sudut pandang orang pertama. Jadi seolah-olah pembaca bisa merasakan sekaligus menjadi sosok yang sedang diceritakan.
Seperti ketika Sara menceritakan sosok bernama Ningsih, Marni, dan Mary. Sara menceritakannya dengan cukup detail dan apik menggunakan sudut pandang orang pertama.
"Setelah mendengar teriakan itu, mendadak tubuhku terasa ringan. Aku merasa sehat. Aku senang sekali dan bisa bangkit berdiri. Aku melihat dukun yang masih duduk di atas dipan dan sedang menampar pelan pipi seorang perempuan yang terbujur kaku di atas dipan. Aku melihat sosok tubuh itu adalah aku. Tubuhku. Ragaku. Aku sudah mati." -hlm.17
Pernah menuangkan cerita pengalamannya dalam sebuah buku meski kala itu berkolaborasi dengan Risa Saraswati, membuat cara bercerita Sara Wijayanto sangat mengalir. Caranya dalam mendeskripsikan tentang tempat dan kejadian demi kejadian yang dialami oleh sosok yang tengah diceritakan membuat pembaca seperti turut hanyut di dalamnya. Karena diceritakan secara lebih personal, rasa greget, gemas, kasihan, bahkan turut marah seperti datang silih berganti ketika membaca alur cerita yang disajikan.
Kalau aku diminta untuk memilih satu cerita yang berkesan, jujur sih aku gak terlalu bisa milih. Karena setiap sosok memiliki ceritanya masing-masing. Namun jika benar-benar dipaksa untuk memilih, mungkin aku akan memilih cerita dari sosok Siti. Dia tak pernah bisa memilih jalan hidup yang dipilihnya, lingkungan yang membawanya harus menjalani hidup dalam sisi gelap. Namun dalam kegelapan hidupnya, dia melihat ada cahaya dan dia ingin meraih cahaya itu dan meninggalkan kehidupan kelamnya. Namun takdir berkata lain, sebelum dia bisa mencapainya semuanya harus terenggut... :'(((
Untuk membedakan satu cerita dengan cerita yang lain, selain dipisahkan dengan BAB dan nama sosok yang akan diceritakan, dalam buku ini juga disertakan ilustrasi yang menggambarkan bagaimana sosok tersebut ketika menampakkan dirinya kepada Sara sebagai pemisah sekaligus permulaan setiap babnya. Digambar oleh Wisnu Hardana yang merupakan adik dari Sara Wijayanto yang juga hampir selalu menemani Sara dalam setiap penelusarannya di konten DMS, membuat pembaca sedikit mendapatkan bayangan bagaimana wujud sosok yang tengah bercerita atau diceritakan.
Ilustrasi sekaligus pembuka bab |
Akhir sekaligus kesan usai membaca buku ini adalah bahwa meski ketujuh sosok tak kasat mata yang diceritakan Sara pada buku ini sebagian besar memilih jalan yang salah di akhir hidupnya, namun ada pelajaran yang dapat diambil dalam perjalanan hidup mereka. Diantaranya pelajaran tentang bagaimana dalam kelamnya hidup, masih ada secercah harapan. Juga pelajaran bahwa dibalik sifat 'keras' justru menyimpan kelembutan dan kasih sayang yang tak terhingga.
Dan satu, bahwa seberat apapun ujian hidup jangan sekali-kali menyerah dan terbawa dengan energi negatif baik yang muncul dalam diri sendiri atau terpengaruh dari luar. Memutuskan mengakhiri hidup dengan jalan bunuh diri, bukan pilihan yang baik.
Olah rasa dan perasaan juga penting dilakukan dalam hidup. Belajar untuk memiliki sifat ikhlas, sabar, dan pemaaf lebih menenteramkan diri daripada menyimpan kecewa, amarah, bahkan dendam apalagi jika hingga dibawa sampai ajal.
Hal itu sudah pasti sulit, namun dengan mengingat keberadaan Tuhan Yang Maha Esa dan mendekatkan diri kepada-Nya niscaya akan ada jalan yang diberikan.
Dan kembali mengutip tulisanku sendiri di postingan ini, bahwa mungkin ada beberapa kalian yang mungkin membaca tulisan ini ada yang tidak percaya dengan keberadaan makhluk astral a.k.a hantu dan gak tertarik dengan buku ini. Gak apa-apa! Itu semua kembali ke diri kita masing-masing. Iya kan? Dan aku lebih memilih untuk percaya. Bukan percaya kepada hantunya, tapi percaya bahwa keberadaan mereka ada. Dan Allah sebagai Dzat yang Maha Agung memang menciptakan mereka untuk hidup berdampingan dengan kita meski kita dengan mereka berbeda dimensi alam. Keberadaan mereka juga bisa memberi arti dan pelajaran bagi kita, jangan sampai kita mengulangi kesalahan yang sudah pernah mereka lakukan.. :)
Nah buat kalian yang penasaran, buku ini masih ada di toko-toko buku. Bahkan terakhir kali aku ngecek sosmed dan web resmi Gramedia buku Wingit ini menjadi salah satu buku best seller.
Tertarik?
Selamat membaca :)
For points : I give 3,9/5 points for this book :))
Review-nya bagus kak
BalasHapusTernyata Fitri penikmat konten misteri ya?
BalasHapusKeren uga! Soalnya aku tak sanggup dengan konten beginian Fit :(
Suka kebawa dan jadi parno sendiri, jadi demi kesehatan mentalku, lebih baik aku hindari saja. Hehehe..
Tapi overall, pesan yang kamu sampaikan dapet. Malah nggak ada kaitannya sama dunia mistis. Good job Fit! Terima kasih udah sharing.. :)
Dari zaman kapan tau vina ngga pernah mau deket-deket ataupun bersinggungan dengan yang namanya "horor" diajak nonton gratisan film horor juga ga minat sama sekali.
BalasHapusBener, Kak! Vina juga percaya bahwa keberadaan mereka itu ada. Tapi, selalu vina tanamkan lagi, jangan takut, dia masih ciptaan Tuhan juga. Tapi tetap aja, kalau sekali aja udah kepo sama yang namanya mistis, itu bisa menyebar parnonya kemana-mana. Asli :v
oh jadi ini tuh buku yang isinya cerita penelusuran sara wijayanto yang ada diyoutube gitu yah,buat yang gak sempat nonton channel youtubennya kak sara wijayanto enak nih jadi teman baca sore-sore. tapi kalau berani malam hari bisa juga tuh buat dibaca. baru tahu kalau ada bukunya kalau gak baca blog kak fitri. Percaya ghaib itu termasuk rukun iman, dan apapun yang tersaji di dalam buku ini tuh yah anggap aja hiburan tanpa melupakan Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT sebagai Sang Pencipta kita. Entar hunting deh nih buku. Oh ya salam kenal ya kak fitri dari aku - Ghufron.
BalasHapusSeumur-umur belum pernah punya buku horor. Kalau boleh milih, lebih baik nonton film horor dibanding baca cerita horor. Karena fantasi gue bakal lebih liar haha.
BalasHapusSoal buku Wingit ini, salah satu buku yg lagi laris ya. Soalnya kalau ke toko buku, di pajang di buku laris gtu.
Sempet juga nonton video-videonya Sara Wijayanto, tapi ya balik ke masing-masing lagi, mau percaya atau engga
Awal tahun 2021 saya juga sebenernya lagi hobi2nya baca novel horor, bahkan saya sampe borong novel2 horor dadi tokped sama Shopee.
BalasHapusKemarin sempet liat novel wingit ini rilis juga dan semper kepikiran mau beli, tapi harganya masih lumayan. Mau nyari yang preloved juga belum ada soalnya novel keluaran baru
Baru tau juga kalau ternyata penulisnya udah punya followers segitu banyak ya, soalnya saya nggak ngitungin youtubenya, tertarik beli juga karena emang suka buku Horror aja
Btw, makasih udah review novel ini, saya jadi ada gambaran tentang isi buku ini. Walaupun saat ini belum beli tapi ini udah masuk wishlist, pasti nanti bakalan kebeli.😁
Jujur, aku sendiri takut horor dan gak berani baca novel horor. Nonton horor aja gak berani, apalagi baca. Gak bisa ngebayangin jumpscare di kepala, jumpscare yang keliatan aja udah takut. Takutnya kalau ngeliat sosok hantu di bayangan kepala yang ada malah makin terngiang-ngiang
BalasHapusTapi memang sih di setiap kejadian itu pasti ada hikmahnya, bahkan cerita-cerita sosok tak kasat mata pasti banyak memberikan pelajaran bagi kita yang masih hidup
Salah satu tema yang aku hindari wkwkwk. Soalnya emang dari dulu penakut 😂
BalasHapusCuma kadang emang aku suka dengan hal-hal horor sih. Tapi berani bahas, nonton, atau baca itu kalo lagi rame-rame aja.
Dari review ini kayaknya yang paling menonjol dari buku ini adalah penulisnya yang juga bisa berinteraksi dengan mereka ya? Selain itu juga cara penceritaanya mengambil sudut pandang "mereka". Kelebihan si penulis (bisa interaksi dengan "mereka") ini mungkin yang bikin ceritanya jadi sangat bagus.
Oh iya, cara reviewnya keren, Mbak. Bener-bener bikin aku yang baca penasaran sama bukunya.
HapusAku juga lagi mau belajar ngeriview. Jadi belajar banyak hal di sini. Makasih 😀
Wadaw, review tentang buku yang menceritakan soal hantu. Betul-betul review yang anti-mainstream.
BalasHapusMungkin lebih karena aku gak terlalu suka baca buku soal perhantuan sih ya. Tapi lebih sukanya ke cerita langsung paranormal activity gitu, contohnya dunia lian. Dan nontoninnya pun hanya karena gak ada tontonan lain aja. hehe
Untung bacanya pagi ini, agak horror juga ceritanya, eh emang horror sih ya :D btw, aku juga suka sih film horror atau cerita-cerita ginian tapi udah lama banget ga baca atau nonton cerita gini, jadi agak gimana-gimana sekarang pas baca ini tadi. Hehe
BalasHapus