Sabtu, 04 Agustus 2018

Ayah, Dialah Inspirasiku

DAY 4 : Write about someone who inspires you

Hmmm..... kalau ngomongin someone who inspires me aku gak akan segan-segan buat menyebut nama (alm) Drs. Asrorul Munir, M.Pd.I a.k.a ayahku sendiri.

Kenapa beliau? Karena dari beliau aku diajari juga belajar banyak banget hal.

Dalam momen pasca wisuda S2-nya ayah. 5 November 2013

Yap, sebagai seorang ayah tentunya beliau bertanggung jawab untuk mendidik dan mengarahkan anaknya ke jalan yang lurus, benar, sukses, dan insya allah berkah.

Banyak hal yang aku teladani dari sosok ayah yang sekarang udah gak bisa lagi aku aku salim-salimin tangannya, aku peluk-pelukin badannya, dan aku dengerin petuah, nasihat, dan leluconnya.

Ayah adalah orang paling toleran dan paling moderat.
Sepanjang hidup, aku gak pernah dipaksa-paksa untuk melakukan sesuatu. Satu hal yang dipaksa sama beliau adalah kewajiban untuk pakai jilbab ketika aku masuk SMP. Itu gak bisa diganggu gugat!
Sisanya, beliau membolehkan semua apa yang aku lakukan selama hal itu tidak bertentangan dengan agama.

Sebagai laki-laki yang lahir dan besar dalam keluarga yang sangat kental dalam urusan agama, beliau gak pernah memaksa baik aku atau kakak (mas) untuk masuk juga di sekolah keagamaan (madrasah). Dari TK sampai kuliah aku dan mas adalah hasil didikan sekolah umum negeri. Sekalipun kami berdua juga gak pernah ngerasain yang namanya masuk pondok pesantren. Tapi meskipun begitu, kami tetep dikasih dasar agama yang super kuat. Diberi pemahaman-pemahaman dasar agama yang super baik meski gak semendalam anak pesantrenan. Kami 'dipaksa' untuk mengaji, memahami agama dengan baik, dan mengikuti kebiasaan-kebiasaan beragama yang beliau lakukan. *yang aku gak mau bahas terlalu detail disini* hehehee....

Jadi wahai ukhti-ukhti dan akhi-akhi yang sok-sokan mo ceramah di depan muka saya, kalau ceramah anda gak sesuai sama apa yang udah saya terima dari bapak ini... jangan harap saya percaya dan mau ikutan apa kata situ... #eh.

Hal lain yang aku ikutin sekian banyak kebiasaan yang ayah ajarin adalah dalam hal bertoleransi.
Beliau nggak pernah melarang aku untuk berteman dengan siapapun. Mau beda agama, beda kepercayaan, beda suku, atau beda-beda yang lain silahkan berteman asal harus tetap bisa pegang teguh nilai dan kepercayaan yang udah dianut.

Beliau juga adalah orang yang secara gak langsung membetuk perspektif cuek dan gak mau tau urusan orang terlalu jauh di diriku. Selama urusan orang lain itu enggak merugikan diriku, kenapa aku harus repot-repot ngurusin?

Beliau juga adalah pembentuk gen 'absurd' dalam diriku. Pembentuk kepingan humoris dalam sisi seorang Fitri. Tapi sepertinya sisi humorisnya kurang maksimal dibentuk, jadi akhirnya si anak perempuan ini selera humornya sedikit receh dan kurang terstruktur baik dibanding Bapak Asrorul Munir. Heheee.....

And the last, hal yang bener-bener bikin aku kagum sama ayah adalah segala kecerdasan, keteguhan, keramahan, dan kewibawaannya. Orang yang super sabar dan jarang kepancing emosi. Sifat-sifat itu harus diakui, aku masih surive untuk menirunya dengan baik.

Well, ku udah gak bisa ngetik lagi. Itu aja udah berantakan komposisi ceritanya. Gak runtut dan gak baik banget lah kayaknya.

Yang jelas sih....

I truly love and adore him, my super father!

In my insight, no more man can be perfect as him.

My future husband? I hope he can be like him on another way.

Heheeee......... :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar