Apa sih yang terpikirkan di benak Sobat Blogger semua saat mendengar nama Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan disebut?
Bagi Sobat Blogger umum yang awam dan tidak terlalu mengikuti perkembangan dunia bulutangkis Indonesia mungkin mendengar dua nama itu disebut menjadi sesuatu yang sangat asing. Siapa mereka dan apa hebatnya mereka?
Namun, saya yakin, se-awam-awamnya Sobat Blogger mungkin ada beberapa yang cukup familiar dengan dua nama itu. Setidaknya dengan Hendra Setiawan. Pada era 2007-2008 namanya cukup dikenal. Bersama Markis Kido menyita perhatian masyarakat dengan prestasinya yang paling menonjol yakni menjuarai World Badminton Championship (Kejuaraan Dunia Bulutangkis) pada 2007 dan meraih medali emas Olimpiade di Beijing, China pada tahun 2008.
Dan kini, bersama Ahsan, Hendra kembali mencatatkan namanya menjadi juara di World Badminton Championship 2013 yang kali ini diadakan di Guangzhou, China. Tak ayal kemenangan ini membuat nama Hendra dan juga Ahsan (serta Tontowi dan Liliyana) menjadi perbincangan masyarakat. Karena pasca kemenangan mereka, hampir semua semua media, memberitakan tentang kemenangan mereka. *tulisan iseng tentang efek kemenangan Ahsan/Hendra di WBC bisa dibaca disini dan disini*
Berbeda dengan Sobat Blogger yang kebetulan juga seorang BL (Badminton Lovers) tentunya sangat gak asing dengan nama Ahsan dan Hendra. Sekali menyebut nama Ahsan atau Hendra secara terpisah atau mendengar nama mereka dalam satu kesatuan, pasti banyak jawaban yang keluar dari para Sobat BL.
Namun kali ini yang pengen aku bahas bukan seberapa terkenalnya pasangan ganda putra yang sekarang menduduki rangking 2 dunia BWF ini dimana mereka bisa selalu sukses bikin wece-wece kejang-kejang lihat gantengnya dan kecenya mereka baik di luar lapangan atau di dalam lapangan #plak *disambit Ci Sansan (istri Ko Hendra) sama Kak Itine (istri Bang Ahsan)* dimata Sobat Blogger semua, tapi lebih kepada perjalanan berliku mereka selama menjadi ganda putra Indonesia.
Ahsan/Hendra mulai berpasangan resmi sejak bulan Oktober 2012. Turnamen Yonex Denmark Open 2012 menjadi turnamen internasional pertama yang mereka ikuti secara resmi setelah 'sah' berpasangan sebagai ganda putra.
Sebelum berpasangan dengan Hendra, Ahsan berpasangan dengan Bona Septano, adik kedua dari Markis Kido yang sebelumnya berpasangan dengan Hendra.
Duet Ahsan/Bona pecah pasca kegagalan mereka menjawab harapan masyarakat Indonesia akan terjaganya medali emas Olimpiade yang pada gelaran terakhir Olimpiade di Beijing tahun 2008 disumbangkan dari cabor bulutangkis nomor ganda putra atas pasangan Markis Kido/Hendra Setiawan. Kido/Hendra sendiri tidak bisa mengikuti Olimpiade London 2012 karena ranking yang mereka duduki saat penetapan peserta Olimpiade tidak mencukupi. Kala itu Kido/Hendra berada di ranking 9 atau 10 dunia *koreksi jika saya salah* padahal untuk bisa turut ke Olimpiade minimal mereka harus berada di ranking 8 dunia (ini juga syarat agar 1 team bisa mengirin 2 wakil di nomor yang sama).
Pasangan Ahsan/Bona saat itu dibilang cukup mumpuni dan dinilai berprospek bagus kala Kido/Hendra mulai turun pamornya. Ahsan/Bona seringkali diharapkan menjadi penyelamat sektor ganda putra. Sayang, kendati mampu menduduki peringkat 5 dunia, pasangan ini belum pernah sama sekali keluar sebagai juara di turnamen level Superseries atau Superseries Premiere.
Prestasi tertinggi yang didapatkan Ahsan bersama Bona adalah Medali Emas SEA Games 2011. Saat itu Ahsan/Bona keluar sebagai juara setelah mengalahkan kakak sekaligus seniornya Kido/Hendra dalam pertarungan dua set dengan skor akhir 25-23 21-10.
Berbeda dengan Hendra, sebagai pemain yang sudah lebih dulu berlalu lalang di dunia tepokan bulu, prestasi Hendra yang saat itu masih berpasangan dengan Markis Kido tak perlu dipertanyakan lagi. Juara WBC 2007 dan Medali Emas Olimpade Beijing 2008 adalah dua titel paling bergengsi yang mereka dapat dari berpuluh-puluh juara yang pernah mereka dapat. Per-tanggal 27 September 2007 setelah berhasil keluar sebagai juara WBC 2007 Kido/Hendra menempati peringkat 1 dunia.
Pasangan ganda putra paling cetar membahana yang sampe sekarang gak bisa bikin move on para BL ini harus terpaksa pisah saat Hendra dipanggil kembali oleh Pelatnas. Sebelumnya pada sekitar tahun 2009, bersama Kido Hendra kompak keluar dari Pelatnas dan menjalani karir secara profesional. Mereka latihan, mencari sponsor, dan mengikuti turnamen-turnamen internasional berdasarkan kemampuan mereka sendiri tidak terikat pada PBSI. Namun pasca Olimpiade 2012, Hendra (tanpa Kido) diberi tawaran oleh Pelatnas untuk kembali ke markas Cipayung dan Hendra pun menerima tawaran tersebut sehingga secara dengan terpaksa duet maut yang sudah berjalan selama hampir 13 tahun itu pun pecah (as your info, Kido/Hendra sudah mulai berpasangan sejak tahun 1999 di usia 15 tahun, yang saat itu mereka masih di klub Jaya Raya Jakarta. Saat masuk ke Pelatnas mereka pun bersama-sama)
Kembali pada kisah dipasangkannya Ahsan dan Hendra.
Kendati keduanya resmi dipasangankan pada Oktober 2012. Pasangan ini sejatinya bukan benar-benar pasangan baru. Keduanya sudah pernah berpasangan saat Sudirman Cup 2009. Namun secara pribadi, saya melihat keduanya ini berpasangan pada saat turnamen Axiata Cup, Maret 2012.
Saat baru awal-awal dipasangkan, prospek pasangan ini memang belum bisa langsung menunjukkan performa yang memuaskan. Mereka selalu terhenti di babak-babak awal membuat pasangan ini tidak terlalu diperhitungkan. Sukses menembus babak semifinal sebelum dikalahkan oleh pasangan Korea Shin Baek Choel/Yoo Yeon Seong di turnamen pertama mereka Yonex Denmark Open, Ahsan Hendra hanya bisa mampu menembus babak kedua hingga perempat final, bahkan sempat terseok di babak pertama di turnamen yang mereka ikuti selanjutnya. Di Perancis Open keduanya terhenti di babak kedua dikalahkan oleh ganda Malaysia Thien How Hoon/Wee Kiong Tan dengan skor 16-21 17-21, Hongkong Open kalah di perempat final atas Ganda China Cai Yun/Fu Haifeng 17-21 15-21, dan Korea Open mereka terseok di babak pertama setelah dikandaskan oleh ganda Korea Kim Ki Jung/Kim Sa Rang dengan skor 19-21 19-21.
Faktor usia keduanya yang memang bukan terhitung usia muda lagi bagi seoarang pemain sempat disinyalir menjadi faktor tak kunjung IN-nya pasangan ini. Hendra, pria kelahiraan Pemalang, 25 September ini pada tahun 2012 berusia 28 tahun (kelahiran tahun 1984, membuat Hendra menjadi pemain aktif paling senior di Pelatnas) sedangkan Ahsan, pria kelahiran Palembang, 7 September ini pada tahun 2012 berusia 25 tahun (kelahiran tahun 1987).
Faktor-faktor inilah yang sempat membuat beberapa orang meng-underestimate-kan pasangan baru ini salah satunya adalah Tan Kim Her pelatih ganda putra Malaysia. Tan Kim Her (diambil dari blog duaribuan) menyatakan bahwa duet Hendra dan Ahsan ini tidak akan panjang, karena performa Hendra yang sudah menurun.
"Mantan Juara Dunia dan Juara Olimpiade Indonesia, Hendra dipasangkan dengan Ahsan tapi saya tidak menilai pasangan ini akan jauh, Usia akan menjadi halangan Hendra yang terlihat sudah menurun (performanya)."
Masih menurut Tan Kim Her, pasangan baru yang kemungkinan akan menggebrak adalah pasangan Korea Ko Sung Hyun-Lee Yong Dae dan ganda China, Chai Biao-Zhang Nan.
“Untuk saat ini, saya melihat duo Korea Selatan hasil kombinasi baru (Ko-Lee) dan ganda China Zhang Nan-Chai Biao sebagai orang-orang dengan potensi besar untuk berkembang menjadi pasangan yang kuat,” ujar Tan.
Chai Biao-Zhang Nan telah membuktikan prospek yang bagus ketika berhasil menjuarai turnamen China Master beberapa bulan lalu, sedangkan duet Ko-Lee sudah sempat dijalankan pada tahun lalu dan sempat membuahkan gelar di Amerika Serikat. Duet kombinasi ini dijalankan sebagai strategi pengganti Chung Jae Sung yang memutuskan pensiun pasca Olimpiade.
“Saya pikir, Yong Dae-Sung Hyun mungkin akan menjadi pasangan yang tangguh, tetapi tidak akan cepat. Mereka mungkin butuh beberapa waktu untuk beradaptasi,” tambahnya.
Namun penilaian negatif dari pihak-pihak yang memandang sebelah mata kemampuan mereka tak membuat Ahsan/Hendra menjadi ciut. Mereka justru semakin ingin membuktikan bahwa anggapan-anggapan miring yang berkembang di luaran sana itu adalah salah. Mereka masih belum habis, mereka masih layak untuk diperhitungkan, dan bisa menjadi ganda yang disegani atau bahkan ditakuti.
Dan benar saja, tahun 2013 setelah terpuruknya mereka di Korea Open 2013, keduanya membuktikan kualitas mereka. Turnamen Maybank Malaysia Open Superseries menjadi saksi kebangkitan Ahsan/Hendra. Mereka berhasil keluar sebagai juara setelah menumbangkan pasangan ganda berperingkat 1 dunia asal Korea, Lee Yong Dae/Ko Sung Hyun dua set langsung dengan skor 21-15 21-13. Ahsan/Hendra juga menasbihkan diri mereka sebagai juara yang selama bertanding tidak pernah kehilangan satu set pun, semua pertandingan yang mereka lakoni dari R1 hingga final dapat mereka menangkan dengan straight set.
Kegemilangan duet Ahsan/Hendra terus berlanjut di gelaran turnamen yang mereka ikuti selanjutnya. Yonex All England Open Badminton Championship menjadi turnamen yang mereka ikuti. Sayang, di turnamen badminton tertua ini mereka hanya mampu sampai di babak semifinal. Di semifinal mereka kalah oleh ganda putra China Liu Xiaolong/Qiu Zihan dalam 3 set dengan skor akhir 12-21 21-13 17-21.
Sebagai seorang pemain, tentunya bayang-bayang akan cedera selalu hinggap. Dan pasca All England dan gelaran Axiata Cup pada media Maret-April , Ahsan sempat dikabarkan terkena cedera pinggang. Ini yang menyebabkan Ahsan terpaksa absen turun memperkuat tim Indonesia pada Sudirman Cup bulan Mei lalu.
Kendati sempat dirundung bencana cidera, Ahsan tak patah semangat, bersama Hendra mereka kembali menunjukkan kualitasnya sebagai ganda yang patut diperhitungkan. Di ajang Indonesia Open Superseries Premiere bulan Juni 2013 mereka, Ahsan/Hendra berhasil keluar sebagai juara setelah mengalahkan (lagi) pasangan nomor 1 dunia Lee Yong Dae/Ko Sung Hyun dua set langsung 21-14 21-18. Kemenangan Ahsan/Hendra ini juga sekaligus sebagai penyelamat muka Indonesia sebagai tuan rumah setelah andalan Indonesia lain yakni pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir gagal menunaikan tugas mereka setelah mereka gugur di babak semifinal.
Seolah masih sangat lapar akan gelar, Ahsan/Hendra kembali mengulang kegemilangan mereka di Indonesia Open dengan keluar sebagai juara di gelaran turnamen Singapura Open dengan lagi-lagi mengalahkan Lee Yong Dae/Ko Sung Hyun. Ahsan/Hendra kembali menang straight game atas Ko/Lee dengan skor akhir 21-15 21-18. Dan seperti kemenangan mereka di awal tahun pada turnamen Malaysia Open, di Singapura Open ini Ahsan/Hendra juga tidak kehilangan satu set pun selama pertandingan mereka. Semua pertandingan mereka dari R1-Final dimenangkan dalam dua set langsung.
Dan puncak dari pembuktian Ahsan/Hendra untuk menjadi ganda putra yang disegani dunia adalah saat ajang World Badminton Championship 2013 yang digelar pada 6-11 Agustus 2013 di Guangzhou, China. Berbekal sebagai unggulan keenam, Ahsan/Hendra memulai perjuangan mereka di negeri penguasa bulutangkis dunia tersebut.
Puncaknya di final, Ahsan/Hendra harus berhadapan dengan ganda Denmark unggulan ketiga Mathias Boe/Carsten Mogensen untuk memperoleh tahta tertinggi nan prestisius, menjadi juara dunia. Hasilnya, seperti yang sudah pernah saya ceritakan sebelumnya, mereka keluar sebagai juara. Skor 21-13 23-21 mereka bukukan dalam sejarah, mengalahkan Boe/Mogensen dan keluar sebagai juara.
Dan kini, pasca kemenangan mereka di WBC 2013, Ahsan/Hendra menduduki peringkat 2 dunia, sedikit lagi menggeser Lee Yong Dae/Ko Sung Hyun yang sudah 3 kali berturut-turut mereka kalahkan tanpa perlawanan di peringkat 1 dunia.
Perjalanan karir Ahsan/Hendra memang bisa dibilang cukup fantastis. Hanya dalam waktu kurang dari 1 tahun mereka sudah mampu menjadi juara di berbagai turnamen bergengsi. Tak cukup itu, mereka juga berhasil keluar sebagai juara dunia.
Namun meskipun sudah berhasil hampir menjadi penguasa di sektor ganda putra, Ahsan/Hendra masih harus membuktikan kekonsistenan permainan mereka. Banyak turnamen-turnamen besar yang masih ingin mereka juarai, All England, SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade menjadi target yang mereka incar untuk keluar sebagai juara.
Dan untuk mencapai titik yang sekarang, tentunya Ahsan/Hendra membutuhkan kerja keras serta berbagai berbagai usaha pembuktian.
Sempat dianggap sebelah mata oleh beberapa pihak, namun sekarang mereka berhasil menunjukkan dan membungkam anggapan sebelah mata dari orang-orang yang pernah meremehkan mereka.
Kini dengan berbagai raihan prestasi yang sudah mereka raih, Ahsan dan Hendra seolah telah menjelma dari sebuah kuda hitam yang awalnya sama sekali tak diperhitungkan menjadi sebuah harimau penguasa belantara bulutangkis ganda putra yang siap memangsa setiap musuh-musuh yang mereka hadapi.
Jaya dan maju terus Ahsan/Hendra.
Jaya dan maju terus perbulutangkisan INDONESIA...
MERDEKA...!!!!
Ahsan/Hendra mulai berpasangan resmi sejak bulan Oktober 2012. Turnamen Yonex Denmark Open 2012 menjadi turnamen internasional pertama yang mereka ikuti secara resmi setelah 'sah' berpasangan sebagai ganda putra.
Sebelum berpasangan dengan Hendra, Ahsan berpasangan dengan Bona Septano, adik kedua dari Markis Kido yang sebelumnya berpasangan dengan Hendra.
Duet Ahsan/Bona pecah pasca kegagalan mereka menjawab harapan masyarakat Indonesia akan terjaganya medali emas Olimpiade yang pada gelaran terakhir Olimpiade di Beijing tahun 2008 disumbangkan dari cabor bulutangkis nomor ganda putra atas pasangan Markis Kido/Hendra Setiawan. Kido/Hendra sendiri tidak bisa mengikuti Olimpiade London 2012 karena ranking yang mereka duduki saat penetapan peserta Olimpiade tidak mencukupi. Kala itu Kido/Hendra berada di ranking 9 atau 10 dunia *koreksi jika saya salah* padahal untuk bisa turut ke Olimpiade minimal mereka harus berada di ranking 8 dunia (ini juga syarat agar 1 team bisa mengirin 2 wakil di nomor yang sama).
Pasangan Ahsan/Bona saat itu dibilang cukup mumpuni dan dinilai berprospek bagus kala Kido/Hendra mulai turun pamornya. Ahsan/Bona seringkali diharapkan menjadi penyelamat sektor ganda putra. Sayang, kendati mampu menduduki peringkat 5 dunia, pasangan ini belum pernah sama sekali keluar sebagai juara di turnamen level Superseries atau Superseries Premiere.
Prestasi tertinggi yang didapatkan Ahsan bersama Bona adalah Medali Emas SEA Games 2011. Saat itu Ahsan/Bona keluar sebagai juara setelah mengalahkan kakak sekaligus seniornya Kido/Hendra dalam pertarungan dua set dengan skor akhir 25-23 21-10.
Bona/Ahsan. Gold Medals SEA Games 2011 (Gambar dari sini) |
Winners and Runner Up (Gambar dari sini) |
Berbeda dengan Hendra, sebagai pemain yang sudah lebih dulu berlalu lalang di dunia tepokan bulu, prestasi Hendra yang saat itu masih berpasangan dengan Markis Kido tak perlu dipertanyakan lagi. Juara WBC 2007 dan Medali Emas Olimpade Beijing 2008 adalah dua titel paling bergengsi yang mereka dapat dari berpuluh-puluh juara yang pernah mereka dapat. Per-tanggal 27 September 2007 setelah berhasil keluar sebagai juara WBC 2007 Kido/Hendra menempati peringkat 1 dunia.
Hendra/Kido. Olimpiade 2008 |
Pasangan ganda putra paling cetar membahana yang sampe sekarang gak bisa bikin move on para BL ini harus terpaksa pisah saat Hendra dipanggil kembali oleh Pelatnas. Sebelumnya pada sekitar tahun 2009, bersama Kido Hendra kompak keluar dari Pelatnas dan menjalani karir secara profesional. Mereka latihan, mencari sponsor, dan mengikuti turnamen-turnamen internasional berdasarkan kemampuan mereka sendiri tidak terikat pada PBSI. Namun pasca Olimpiade 2012, Hendra (tanpa Kido) diberi tawaran oleh Pelatnas untuk kembali ke markas Cipayung dan Hendra pun menerima tawaran tersebut sehingga secara dengan terpaksa duet maut yang sudah berjalan selama hampir 13 tahun itu pun pecah (as your info, Kido/Hendra sudah mulai berpasangan sejak tahun 1999 di usia 15 tahun, yang saat itu mereka masih di klub Jaya Raya Jakarta. Saat masuk ke Pelatnas mereka pun bersama-sama)
Kembali pada kisah dipasangkannya Ahsan dan Hendra.
Kendati keduanya resmi dipasangankan pada Oktober 2012. Pasangan ini sejatinya bukan benar-benar pasangan baru. Keduanya sudah pernah berpasangan saat Sudirman Cup 2009. Namun secara pribadi, saya melihat keduanya ini berpasangan pada saat turnamen Axiata Cup, Maret 2012.
Ahsan/Hendra. Axiata Cup 2012 |
Saat baru awal-awal dipasangkan, prospek pasangan ini memang belum bisa langsung menunjukkan performa yang memuaskan. Mereka selalu terhenti di babak-babak awal membuat pasangan ini tidak terlalu diperhitungkan. Sukses menembus babak semifinal sebelum dikalahkan oleh pasangan Korea Shin Baek Choel/Yoo Yeon Seong di turnamen pertama mereka Yonex Denmark Open, Ahsan Hendra hanya bisa mampu menembus babak kedua hingga perempat final, bahkan sempat terseok di babak pertama di turnamen yang mereka ikuti selanjutnya. Di Perancis Open keduanya terhenti di babak kedua dikalahkan oleh ganda Malaysia Thien How Hoon/Wee Kiong Tan dengan skor 16-21 17-21, Hongkong Open kalah di perempat final atas Ganda China Cai Yun/Fu Haifeng 17-21 15-21, dan Korea Open mereka terseok di babak pertama setelah dikandaskan oleh ganda Korea Kim Ki Jung/Kim Sa Rang dengan skor 19-21 19-21.
Faktor usia keduanya yang memang bukan terhitung usia muda lagi bagi seoarang pemain sempat disinyalir menjadi faktor tak kunjung IN-nya pasangan ini. Hendra, pria kelahiraan Pemalang, 25 September ini pada tahun 2012 berusia 28 tahun (kelahiran tahun 1984, membuat Hendra menjadi pemain aktif paling senior di Pelatnas) sedangkan Ahsan, pria kelahiran Palembang, 7 September ini pada tahun 2012 berusia 25 tahun (kelahiran tahun 1987).
Faktor-faktor inilah yang sempat membuat beberapa orang meng-underestimate-kan pasangan baru ini salah satunya adalah Tan Kim Her pelatih ganda putra Malaysia. Tan Kim Her (diambil dari blog duaribuan) menyatakan bahwa duet Hendra dan Ahsan ini tidak akan panjang, karena performa Hendra yang sudah menurun.
"Mantan Juara Dunia dan Juara Olimpiade Indonesia, Hendra dipasangkan dengan Ahsan tapi saya tidak menilai pasangan ini akan jauh, Usia akan menjadi halangan Hendra yang terlihat sudah menurun (performanya)."
Masih menurut Tan Kim Her, pasangan baru yang kemungkinan akan menggebrak adalah pasangan Korea Ko Sung Hyun-Lee Yong Dae dan ganda China, Chai Biao-Zhang Nan.
“Untuk saat ini, saya melihat duo Korea Selatan hasil kombinasi baru (Ko-Lee) dan ganda China Zhang Nan-Chai Biao sebagai orang-orang dengan potensi besar untuk berkembang menjadi pasangan yang kuat,” ujar Tan.
Chai Biao-Zhang Nan telah membuktikan prospek yang bagus ketika berhasil menjuarai turnamen China Master beberapa bulan lalu, sedangkan duet Ko-Lee sudah sempat dijalankan pada tahun lalu dan sempat membuahkan gelar di Amerika Serikat. Duet kombinasi ini dijalankan sebagai strategi pengganti Chung Jae Sung yang memutuskan pensiun pasca Olimpiade.
“Saya pikir, Yong Dae-Sung Hyun mungkin akan menjadi pasangan yang tangguh, tetapi tidak akan cepat. Mereka mungkin butuh beberapa waktu untuk beradaptasi,” tambahnya.
Namun penilaian negatif dari pihak-pihak yang memandang sebelah mata kemampuan mereka tak membuat Ahsan/Hendra menjadi ciut. Mereka justru semakin ingin membuktikan bahwa anggapan-anggapan miring yang berkembang di luaran sana itu adalah salah. Mereka masih belum habis, mereka masih layak untuk diperhitungkan, dan bisa menjadi ganda yang disegani atau bahkan ditakuti.
Dan benar saja, tahun 2013 setelah terpuruknya mereka di Korea Open 2013, keduanya membuktikan kualitas mereka. Turnamen Maybank Malaysia Open Superseries menjadi saksi kebangkitan Ahsan/Hendra. Mereka berhasil keluar sebagai juara setelah menumbangkan pasangan ganda berperingkat 1 dunia asal Korea, Lee Yong Dae/Ko Sung Hyun dua set langsung dengan skor 21-15 21-13. Ahsan/Hendra juga menasbihkan diri mereka sebagai juara yang selama bertanding tidak pernah kehilangan satu set pun, semua pertandingan yang mereka lakoni dari R1 hingga final dapat mereka menangkan dengan straight set.
Champion and Runner Up Malaysia Open. |
Ahsan/Hendra. Malaysia Open. Januari 2013 |
Video final Malaysia Open. Ahsan/Hendra vs LYD/KSH
Kegemilangan duet Ahsan/Hendra terus berlanjut di gelaran turnamen yang mereka ikuti selanjutnya. Yonex All England Open Badminton Championship menjadi turnamen yang mereka ikuti. Sayang, di turnamen badminton tertua ini mereka hanya mampu sampai di babak semifinal. Di semifinal mereka kalah oleh ganda putra China Liu Xiaolong/Qiu Zihan dalam 3 set dengan skor akhir 12-21 21-13 17-21.
Sebagai seorang pemain, tentunya bayang-bayang akan cedera selalu hinggap. Dan pasca All England dan gelaran Axiata Cup pada media Maret-April , Ahsan sempat dikabarkan terkena cedera pinggang. Ini yang menyebabkan Ahsan terpaksa absen turun memperkuat tim Indonesia pada Sudirman Cup bulan Mei lalu.
Kendati sempat dirundung bencana cidera, Ahsan tak patah semangat, bersama Hendra mereka kembali menunjukkan kualitasnya sebagai ganda yang patut diperhitungkan. Di ajang Indonesia Open Superseries Premiere bulan Juni 2013 mereka, Ahsan/Hendra berhasil keluar sebagai juara setelah mengalahkan (lagi) pasangan nomor 1 dunia Lee Yong Dae/Ko Sung Hyun dua set langsung 21-14 21-18. Kemenangan Ahsan/Hendra ini juga sekaligus sebagai penyelamat muka Indonesia sebagai tuan rumah setelah andalan Indonesia lain yakni pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir gagal menunaikan tugas mereka setelah mereka gugur di babak semifinal.
Ahsan/Hendra. Indonesia Open SSP. Juni 2013 |
Juara dan Runner Up Indonesia Open. |
Juara dan Runner Up Singapura Open. *kumisnya LYD kayak Lele deh -_- #abaikan* |
Juara Singapura Open. |
Video Final singapura Open
Dan puncak dari pembuktian Ahsan/Hendra untuk menjadi ganda putra yang disegani dunia adalah saat ajang World Badminton Championship 2013 yang digelar pada 6-11 Agustus 2013 di Guangzhou, China. Berbekal sebagai unggulan keenam, Ahsan/Hendra memulai perjuangan mereka di negeri penguasa bulutangkis dunia tersebut.
Puncaknya di final, Ahsan/Hendra harus berhadapan dengan ganda Denmark unggulan ketiga Mathias Boe/Carsten Mogensen untuk memperoleh tahta tertinggi nan prestisius, menjadi juara dunia. Hasilnya, seperti yang sudah pernah saya ceritakan sebelumnya, mereka keluar sebagai juara. Skor 21-13 23-21 mereka bukukan dalam sejarah, mengalahkan Boe/Mogensen dan keluar sebagai juara.
Ahsan/Hendra. World Badminton Championship. Agustus 2013. |
Dan kini, pasca kemenangan mereka di WBC 2013, Ahsan/Hendra menduduki peringkat 2 dunia, sedikit lagi menggeser Lee Yong Dae/Ko Sung Hyun yang sudah 3 kali berturut-turut mereka kalahkan tanpa perlawanan di peringkat 1 dunia.
Perjalanan karir Ahsan/Hendra memang bisa dibilang cukup fantastis. Hanya dalam waktu kurang dari 1 tahun mereka sudah mampu menjadi juara di berbagai turnamen bergengsi. Tak cukup itu, mereka juga berhasil keluar sebagai juara dunia.
Namun meskipun sudah berhasil hampir menjadi penguasa di sektor ganda putra, Ahsan/Hendra masih harus membuktikan kekonsistenan permainan mereka. Banyak turnamen-turnamen besar yang masih ingin mereka juarai, All England, SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade menjadi target yang mereka incar untuk keluar sebagai juara.
Dan untuk mencapai titik yang sekarang, tentunya Ahsan/Hendra membutuhkan kerja keras serta berbagai berbagai usaha pembuktian.
Sempat dianggap sebelah mata oleh beberapa pihak, namun sekarang mereka berhasil menunjukkan dan membungkam anggapan sebelah mata dari orang-orang yang pernah meremehkan mereka.
Kini dengan berbagai raihan prestasi yang sudah mereka raih, Ahsan dan Hendra seolah telah menjelma dari sebuah kuda hitam yang awalnya sama sekali tak diperhitungkan menjadi sebuah harimau penguasa belantara bulutangkis ganda putra yang siap memangsa setiap musuh-musuh yang mereka hadapi.
Jaya dan maju terus Ahsan/Hendra.
Jaya dan maju terus perbulutangkisan INDONESIA...
MERDEKA...!!!!
Postingannya sangat menarik,oiya followback blog gue ya ekienglandmuse.blogspot.com
BalasHapusterima kasih.... :)
Hapusblognya sudah di-follow balik...