Selasa, 21 Desember 2010

WHEN THE STORY CONTINUED

CHAPT 2 : PADANG RUMPUT

Perjalanan menuju padang rumput sangat menyenangkan. Dalam pangkuanku sepanjang jalan Nessie bernyanyi-nyanyi, berceloteh menanyakan nama-nama benda yang belum ia ketahui. Kulihat wajah Edward, tak sedetik pun senyuman lepas dari bibirnya. Hari ini benar-benar akan jadi hari paling membahagiakan.

Tak lama kami sampai di tepi hutan. Aku termenung dalam mobil mengingat saat pertama kali Edward mengajakku kemari, mengendarai Chevy tuaku yang kini sudah menjadi monumen di depan rumah Charlie. Untuk menuju padang rumput kami harus berjalan lagi. Ingatan manusiaku yang kabur tidak bisa mengingat jalan mana yang harus diambil untuk bisa sampai ke padang rumput walau aku sudah dua kali datang kemari (yang pertama kenangan menyenangkan bersama Edward, dan yang kedua kenangan mengerikan saat bertemu Laurent dan kawanan serigala untuk pertama kalinya).

“Ayo turun.” Ucap Edward yang tidak kusadari sudah membuka pintu mobil penumpang dan berdiri di sampingku.

“Daddy… mana padang rumputnya?? Ini kan masih tepi hutan. Daddy bohong ya pada Nesssie??” perkataan Nessie membuyarkan jawabanku.

“Tidak sayang… Daddy tidak bohong padamu. Hanya saja untuk bisa mencapai padang rumput itu kita masih harus berjalan lagi ke arah sana.” Jawab Edward sambil menunjuk ke suatu arah. “Ayo..” ucap Edward kemudian sambil mengulurkan tangan.

“Nessie gak mau jalan. Nessie maunya gendong Daddy.”

“Baiklah anak Daddy yang cantik.”

Setelah Nessie naik ke punggung Edward. Kuraih tangan Edward dan keluar dari mobil. Cuaca hari ini sangat mendukung. Sedikit cerah tapi tak terlalu menyengat. Seperti pengalaman pertama, kami berjalan santai saat perjalanan menuju padang rumput. Hanya saja kini ada Nessie dan aku bukan lagi manusia yang kikuk, aku vampire sempurna, ibu dan istri dari anak dan suami yang hebat.

Setelah perjalanan yang bagiku kini terasa singkat kami sampai di tepi padang rumput. Edward sangat pas memilih hari ini untuk berkunjung. Bunga-bunga di padang rumput sedang bermekaran. Perpaduan warna merah, kuning, ungu, dan putih dari kelopak-kelopak bunga membuatku sangat terpesona. Wajah Nessie sangat berbinar-binar, ia kemudian menempelkan tangannya ke pipiku dan menyatakan “Daddy hebat Momma.. benar-benar indah.”

Edward menurunkan Nessie dari punggungnya. Dan tanpa ragu-ragu Nessie berlari ke tengah padang rumput. Ia tampak sangat cantik dikelilingi bunga-bunga yang indah seperti ini. Edward memeluk pinggangku dan berbisik, “Bagaimana menurutmu?”

“Kalau aku masih bisa menangis, mungkin aku sudah menangis dari tadi. Begitu sempurna Edward. Aku tak punya kata-kata lain selain ‘sempurna’.” Jawabku.

Aku dan Edward hanya berdiri di tepi padang rumput, memandangi Renesmee yang berlari-lari bahagia di tengah padang rumput yang indah. Kuambil kamera digital dari dalam tasku. Kupotret semua tingkah laku Nessie. Mulai dari hanya berlari-lari mengitari padang rumput sampai berlari-lari mengejar kupu-kupu berwarna-warni. Untung saja aku teringat untuk membawanya saat membantu Nessie berdandan tadi, kalau tidak aku pasti akan kehilangan momen bahagia seperti ini. Nanti akan kutunjukkan pada Alice, Rose dan yang lain.

“Momma.. Daddy… ayo sini main sama Nessie… kejar kupu-kupu cantik.” teriak Nessie dari ujung padang rumput.

“Bermain sepuaslah sayang… Daddy dan Mommy tidak mau mengganggu.” Jawab Edward.

“Edward, apa kau tahu apa yang kupikirkan sekarang.” Tanyaku tiba-tiba.

Edward menoleh dan mengernyitkan keningnya, “Apa kau bercanda Bella?? Dari dulu hingga sekarang aku tidak bisa membaca pikiranmu kecuali kau mengangkat perisaimu.”

“Aku sedang serius Edward.” Jawabku sambil menatap tajam matanya.

“Oke.. apa yang sedang kau pikirkan sekarang.”

“Coba kau lihat Renesmee sekarang.” Jawabku sambil menengok ke arah Renesmee.

“Ya aku melihatnya setiap hari. Pertumbuhannya masih cukup cepat, tapi akan terus melambat seperti yang sudah dikatakan Carlisle.”

“Bukan itu maksudku, Edward.”

“Lalu..??”

“Coba kau lihat, dengan postur tubuh seperti itu seharusnya Renesmee sudah mulai masuk sekolah. Bahkan menurutku dengan postur tubuh setinggi itu, dia seharusnya sudah ada di bangku sekolah dasar. Tapi ini..?? Masuk taman kanak-kanak saja belum.”

“Aku tahu arah pembicaraanmu Bella. Aku tahu sebagai seorang ibu kau ingin memberikan yang terbaik bagi putrimu. Aku pun sama. Tapi lihatlah Nessie.. dia begitu cemerlang.”

“Edward, aku tahu tentang itu. Tapi sadarkah kau jika ini bisa mengancam kepura-puraan yang keluargamu buat dengan sangat sempurna selama ini?”

“Apa maksudmu Bells..??” Tanya Edward dengan nada suara Edward agak sedikit meninggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar