IDENTITAS BUKU :
Judul : Keajaiban Toko Kelontong Namiya
Penulis : Keigo Higashino
Alih Bahasa : Faira Ammeda
Penerbit : Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2022 (cetakan ketigabelas)
ISBN : 9786020648293
Tebal : 400 hlm
BLURB dan SINOPSIS
Ketika tiga pemuda berandal bersembunyi di toko kelontong tak berpenghuni setelah melakukan pencurian, sepucuk surat misterius mendadak diselipkan ke dalam toko melalui lubang surat.Surat yang berisi permintaan saran. Sungguh aneh.Namun, surat aneh itu ternyata membawa mereka dalam petualangan melintasi waktu, menggantikan peran kakek pemilik toko kelontong yang menghabiskan tahun-tahun terakhirnya memberikan nasihat tulus kepada orang-orang yang meminta bantuan.Hanya untuk satu malam.Dan saat fajar menjelang, hidup ketiga sahabat itu tidak akan pernah sama lagi...
Tiga berandalan tersesat di sebuah toko kelontong usang dan tua yang kemudian mengubah nasib mereka. Mungkin begitulah premis sederhana dari buku ini. Tapi meskipun terkesan sederhana, nyatanya cerita dalam buku ini tak sesederhana premis dan blurb yang disajikan.
Dibagi ke dalam lima bab, menceritakan lima kisah dari tokoh/sosok yang berbeda.
Tentunya cerita dibuka dengan kisah tiga pemuda berandalan: Shota, Kohei, dan Atsuya, yang masuk ke dalam sebuah toko kelontong tak berpenghuni akibat mobil tua curian mereka mogok di tengah jalan. Tujuan awal ketiganya hanya ingin bersembunyi hingga fajar menyingsing usai melakukan tindakan pencurian di malam harinya.
Namun siapa sangka saat mereka bersembunyi di dalam toko kelontong tak berpenghuni itu mereka tiba-tiba dikejutkan dengan sebuah surat yang masuk melalui pintu gulung (pintu/lubang yang digunakan untuk menerima surat) di depan toko. Sebuah surat permintaan konsultasi kepada Toko Kelontong Namiya. Padahal pada saat itu Toko Kelontong Namiya sudah tak lagi beroperasi. Toko itu hanya sebuah toko kelontong tua, usang, tak berpenghuni.
Didorong rasa penasaran bercampur sedikit takut juga enggan dan rasa simpati ingin membantu permasalahan si pengirim surat, Shota, Kohei, dan Atsuya secara nekat dan dadakan menggantikan Kakek Namiya, sang pemilik toko kelontong melayani sesi konsultasi.
Yaa... toko itu, Toko Kelontong Namiya, 32 tahun yang lalu saat masih aktif, Kakek Namiya sang pemilik toko selain menjual barang-barang keperluan sehari-hari selayaknya toko kelontong biasa juga menerima konsultasi permasalahan pengunjungnya. Nasihat-nasihat bijaksana yang diberikan oleh Kakek Namiya membuat sesi konsultasi di Toko Kelontong Namiya akhirnya dikenal banyak orang. Orang-orang dari berbagai tempat datang untuk mengirimkan surat meminta sesi konsultasi. Hingga kesehatan kakek Namiya menurun dan terpaksa tidak bisa lagi menerima dan menjawab surat permintaan sesi konsultasi.
Lantas apakah surat yang diterima Shota dan kawan-kawan berasal dari masa lalu? Masa ketika Toko Kelontong Namiya masih berjaya? Jika iya, apakah Toko Kelontong Namiya pada malam itu mampu menghubungkan masa lalu dan masa depan?
Menghubungkan kisah seorang atlet Olimpiade yang tengah galau harus terus mengikuti pelatihan menjelang pertandingan atau mendampingi kekasihnya yang tengah sakit keras dan menyerahkan kesempatannya untuk bisa bertanding di Olimpiade.
Kisah seseorang yang berkeinginan menjadi pemusik tapi karena kondisi keluarganya membuatnya dihadapkan pada pilihan yang sulit antara mengejar cita-citanya yang ternyata memiliki banyak kendala atau menyerah dan mengabulkan harapan keluarganya untuk mengelola toko ikan warisan keluarga.
Dan tiga atau empat atau lima cerita lain (aku lupa berapa tepatnya) yang menurutku secara keren dan 'ajaib' akan membentuk sebuah kesatuan dan hubungan yang tak terduga. Menyentuh hati dan memberikan kejutan bagi pembaca.
KESAN
Awal mula aku baca buku ini sih karena rame diomongin di base buku di twitter. Selain itu, idol favoritku Sungjin DAY6 ternyata pernah baca buku ini juga (yang tentunya versi terjemahan Korea 😋) dan dia merekomendasikan buku ini untuk dibaca. Jadilah aku tertarik untuk ikutan baca buku ini.
Tapi di perjalanan, ternyata aku gak bisa baca sampe habis dan sempat berhenti beberapa bulan bahkan sampe disela baca beberapa buku lain karena waktu aku ngerasa belom in touch buat baca buku ini. Sampe akhirnya di bulan November 2022 lalu aku serius baca dan akhirnya bisa menyelesaikan buku ini dengan hati mellow.
Ya gimana nggak, buku ini tuh sebenernya nggak menyajikan konflik yang berat banget seberat dosa manusya *eh. Justru konflik atau masalah-masalah yang dialami oleh para tokoh di buku ini tuh cukup kasual, bahkan mungkin masalah-masalah yang relate atau pernah kita rasakan atau alami.
Buku ini juga menyajikan alur cerita yang lumayan unik. Saat membaca buku ini, kita diajak untuk melintasi ruang, waktu, dan zaman. Meski di tengah-tengah mungkin kita akan dibuat bosen dan sedikit bingung tentang bagaimana timeline di buku ini dan cerita tokoh-tokohnya yang bertambah dan berganti di tiap babnya yang seperti gak ada hubungannya tapi ternyata ada hubungannya banget-banget! Yang bikin aku sempet ngerasa amazing karena sebegitu gak kerasanya (atau sebegitu membingungkannya) 😛
Perasaan campur aduk aku rasain tiap baca cerita-ceritanya yang ada di buku ini. Meski lagi-lagi kadang suka agak sedikit bosen karena narik latar belakang ceritanya kadang jauh banget dari kondisi saat ini. Tapi ketika pada akhirnya terbukalah hubungan serta alasan mengapa si tokoh sampai berada dalam kondisinya saat ini, aku jadi ikut paham dan beberapa kali ikut sedih juga terharu pada keadaan si tokoh. Di beberapa cerita aku seperti bisa merasakan rasa lega sekaligus bersyukurnya si tokoh terhadap kehidupannya.
Seperti yang sudah aku sebut di atas, cerita di buku ini dibagi dalam lima bab yang mostly menceritakan tentang permasalahan yang dihadapi oleh manusia sehari-hari. Masalah tentang galau dengan dua pilihan.
Meski polanya hampir sama, tapi menurutku tingkat kegalauan di tiap-tiap permasalahannya bisa terasa beda-beda. Tergantung hubungannya dengan siapa. Apakah dengan pacar, dengan orang tua, atau dengan diri sendiri tapi menyangkut mengenai masa depan.
Tapi dari lima bab yang ada di buku ini, hubungan dengan keluarga terutama orang tua kerap kali disinggung dan dibahas. Kalau aku tidak salah mengingat, ada tiga orang tokoh yang kisahnya berhubungan dengan orang tuanya. Mungkin pesan atau nilai yang diharapkan bisa diambil dari buku ini adalah tentang penting hubungan dengan keluarga terutama orang tua tidak peduli seberapa sulit masalah yang tengah kita hadapi. Keluarga (orang tua) akan dengan segenap hati memberikan usaha juga dukungannya untuk impian/cita-cita sang anak meski harus terkadang harus menghadapi situasi/kondisi yang sulit.
Dari buku ini juga kita secara tidak langsung diajak untuk memahami sebuah permasalahan yang sedang dihadapi dari berbagai sisi/sudut pandang. Kita juga tidak bisa serta merta memberikan penilaian tentang sebuah keputusan atau langkah yang diambil dalam menghadapi sebuah keadaan. Seperti yang terjadi dalam cerita Anak Perempuan Green River dan Ibunya juga Paul Lennon dan orang tuanya. Kedua orang tua dari dua tokoh itu sama-sama mengambil keputusan untuk mengorbankan diri mereka untuk menyelamatkan anak mereka. Keputusan yang mungkin akan dianggap salah dan bodoh. Tapi bagi kedua orang tua mereka, itu adalah keputusan terbaik. Dan ketika kedua anak atau orang itu mencerna dan memahami arti mendalam dari apa yang orang tua mereka lakukan, mereka lebih bersyukur dan menghargai hidup yang mereka jalani saat ini.
"Sejak hari itu, saya tidak pernah berpikir akan lebih baik jika saya tidak pernah dilahirkan. Memang jalan yang saya tempuh sampai hari ini tidak selalu mulus, tapi fakta bahwa saya masih hidup membuat saya yakin bisa mengatasi setiap penderitaan yang menyertainya....kini saya memiliki rasa percaya diri untuk berkata bahwa saya bersyukur telah dilahirkan." -hlm.180-181."Walaupun kedua orangtua saya meninggal dunia beberapa tahun yang lalu, setidaknya mereka sempat merasakan hidup bahagia. Saya mendiri merasa hidup saya ini beruntung." -hlm. 279.
Lantas apa yang menjadikan seluruh tokoh dan seluruh cerita dalam buku ini memiliki hubungan dan keterkaitan satu sama lain? Karena seperti yang sudah aku bilang, meski cerita dalam buku ini terkesan berdiri sendiri-sendiri tapi ternyata jika diteliti dan diperhatikan tokoh-tokohnya saling terhubung satu sama lain melalui orang dan tempat yang sama.
Bukan... bukan semata-mata lewat Kakek Namiya dan Toko Kelontongnya. Tapi ada tempat dan sosok lain yang secara tak terduga dan berharga menaungi dan menghubungkan semua tokoh yang ada di cerita ini. Sebuah tempat yang mungkin dianggap pengasingan atau pembuangan, tapi bagi semua tokoh yang ada di buku ini adalah tempat mereka bermula, tempat mereka menemukan nilai berharga, dan tempat mereka dilindungi.
Apakah itu?
Baca saja bukunya,
Ehehee...
At the end, secara keseluruhan aku ngasih nilai 8/10 untuk buku ini. 😊😊😊
Karena buku ini bisa dibilang cocok dibaca untuk semua dan kalangan. Banyak nilai-nilai yang bisa diambil dari setiap cerita juga tokoh-tokohnya. Diantaranya adalah tentang bagaimana kita bisa belajar menjadi seorang pendengar (dalam hal atau cerita ini adalah pembaca) yang baik ketika ada orang lain mencurahkan isi hati atau permasalahannya.
Di tahap lebih lanjut, tidak hanya belajar menjadi pendengar yang baik, kita bisa belajar untuk berempati dengan permasalahan yang dihadapi oleh orang lain dan tidak serta merta menghakimi apa yang mereka lakukan atau putuskan. Karena tentu saja setiap langkah atau keputusan memiliki begitu banyak faktor yang memengaruhinya.
So, intinya kalian wajib untuk coba baca buku ini.
Heheheheheee.....
Buat yang sudah pernah baca buku ini, yuk berbagi pengalaman bacamu di komentar 😊