Mengikuti perkembangan sesuatu yang kita sukai ternyata membawa sebuah kesenangan dan kebahagiaan tersendiri.
Sebagai penikmat dan pecinta bulutangkis, bisa datang dan menonton langsung sebuah pertandingan adalah salah satu kesenangan tersebut. Bisa melihat atlet-atlet penepok bulu itu berlaga secara langsung di depan mata tanpa terhalang oleh layar televisi adalah sebuah pengalaman paling menyenangkan, berharga, dan tak akan terlupakan. Begitupun pengalaman bertemu langsung dengan orang-orang 'hebat', orang-orang yang prestasinya sudah tak diragukan dan diakui oleh dunia perbulutangkisan.
Sosok seorang atlet atau mantan atlet yang kini beralih menjadi seorang pelatih tentunya menjadi sosok yang paling banyak dan sering ditemui di turnamen-turnamen. Sebut saja pemain-pemain seperti Liliyana Natsir, Tontowi Ahmad, M. Ahsan, Hendra Setiawan, Markis Kido, dan juga atlet-atlet lain yang saat ini masih aktif membela merah putih di turnamen-turnamen bulutangkis dunia. Atau Taufik Hidayat, Rexy Mainaky, dan Ricky Subagja yang merupakan mantan atlet yang pernah mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional dengan pencapaiannya mendapatkan emas Olimpiade.
Namun pada postingan kali ini, aku gak akan bahas pengalamanku bertemu dengan mereka para atlet. Aku ingin menceritakan pengalaman singkat bertemu dengan salah satu wasit Indonesia yang memiliki sertifikat BWF (Badminton World Federation), wasit dengan sertifikat BWF inilah yang berhak untuk memimpin sebuah pertandingan-pertandingan resmi yang diselenggarakan induk bulutangkis dunia itu.
Salah satu wasit Indonesia bersertifikat BWF tersebut adalah Bapak Unang Sukardja. Aku ketemu sama bapak asal Tangerang Selatan ini saat gelaran Djarum Superliga 2014 yang dihelat di DBL Arena Surabaya 3-9 Februari lalu. Awalnya aku gak ngeh dengan keberadaan Om Unang (panggilku saat itu) sampai salah satu seorang teman yang sekaligus partner in crime terbaik untuk urusan tepokan bulu yaitu si Fingky mengingatkanku saat Om Unang usai berkunjung ke booth Taufik Hidayat Arena yang saat itu menghelat acara launching buku biografi kedua Taufik Hidayat dan dihadiri oleh Taufik Hidayat pula.
"Fit.. Fit.. itu kan Om Unang," ucap Fingky sambil menunjuk pria paruh baya berbaju merah.
"Ehh..." hanya itu reaksi yang kuucapkan menanggapi ucapan Fingky. Aku belum bisa mengingat betul apa yang menjadi istimewa dari bapak berbaju merah yang diingat oleh Fingky itu, yang aku tau pasti beliau pasti penting dalam bulutangkis dan sering wara-wiri di dunia bulutangkis juga karena aku familiar dengan wajah beliau.
"Itu yang jadi wasitnya Lin Dan-Lee Chong Wei di final Olimpiade 2012." Fingky mulai bersungut-sungut.
"Hwaaa iyaa..." aku mulai ingat dan semangat setelah mengingatnya. "Aku mau foto sama beliau!" celetukku tiba-tiba dengan penuh semangat (lagi)
"Harus." Fingky mengamini.
Om Unang saat memimpin laga Final Tunggal Putra Olimpiade London 2012 |
Akhirnya selang 2 hari setelah pertemuan pertama itu, akhirnya aku dapat kesempatan ketemu lagi dengan Om Unang. Bukan sebuah kebetulan tapi memang sudah diniatkan untuk bisa ketemu dan minta foto bareng. Heheheee....
Di West Entrance (WE) DBL Arena, setelah menuruti hasrat untuk foto bareng bersama atlet-atlet (atlet asal Jepang khususnya karena Fingky emang semacam obsesi sama pemain-pemain unyu Jepang yang finally sukses meracuniku juga -_-) kini saatnya menuruti hasrat untuk foto bareng dengan wasit pemimpin pertandingan final MS Olimpiade London.. :D
Cukup lama nunggu, Om Unang yang kalau tidak salah di turnamen Djarum Superliga 2014 menjadi Referee (orang yang memipin jalannya sebuah turnamen) pun akhirnya keluar. Mungkin sebelum itu Om Unang harus melakukan evaluasi terlebih dahulu dengan umpire-umpire (wasit), dan juga line-judge. Begitu Om Unang keluar dari WE mata udah berbinar-binar niih dan tanpa ba-bi-bu langsung sapa Om Unang-nya *dengan sedikit SKSD siihh* hahahaa....
"Om Unang... Om Unang... boleh minta foto bareng ya.." kataku to the point pada bapak 56 tahun itu.
"Lho kok.." begitu reaksi Om Unang mendengar permintaanku karena memang di belakang kami masih ada beberapa atlet yang belum kembali ke hotel karena menunggu mobil jemputan mereka. Kenapa kami tak minta foto bareng dengan mereka saja? Mungkin begitu pikir Om Unang.
"Kan pengen foto bareng sama wasit internasional, Om," jawabku meyakinkan.
"Lho kok tau?" tanya Om Unang seolah tak percaya.
"Wasit final Olimpiade London.." tambah Fingky semakin meyakinkan.
"Ahh.. Final Lee Chong Wei-Lin Dan. Kalian nonton ya...?" kata Om Unang dengan menyunggingkan senyumnya. Ternyata ada yang mengingat keberadaannya di final duel klasik antara dua pemain dunia itu.
"Iya Om.. dan saya punya videonya," Fingky-lah yang menjawab dengan sangat meyakinkan.
Akhirnya dengan ramah dan terbuka Om Unang mengabulkan permintaan kami bocah-bocah penikmat bulutangkis kemarin sore untuk berfoto bersama beliau yang sudah malang melintang di dunia tepokan bulu ini.
"Om, masih akan jadi wasit lagi?" tanyaku berbasa-basi setelah foto bareng.
"Ya masih.." jawab beliau.
"Rio 2016 (Olimpiade Rio de Janeiro tahun 2016) wasit lagi juga Om?" Fingky juga ikut nimbrung nanya.
"Udah nggak kalau Rio. Soalnya tahun ini saya pensiun. Hehe.." jawab Om Unang.
"Yaaaahhhh...." kami berdua serempak (nampak) kecewa.
"Sudah tiga kali Olimpiade saya dipanggil. Sydney 2000, Athena 2004, dan yang terakhir kemarin London 2012. Pertandingan Lee Chong Wei-Lin Dan," lanjut Om Unang.
Om Unang sudah tiga kali gelaran Olimpiade dan entah berapa puluh pertandingan di level GP-SSP sudah dipimpinnya. Pertandingan final tunggal putra Olimpiade London 2012 lah yang paling kami ingat. Tapi bagi Om Unang, pertandingan final ganda putri Olimpiade Athena 2004-lah yang paling berkesan baginya.
Om Unang juga sampai saat ini masih menjadi satu-satunya orang Indonesia yang mempimpin pertandingan tunggal putra di Olimpiade. Salah satu bukti dedikasi dan cintanya beliau pada bulutangkis.
Om Unang pertama kali menjadi wasit bulutangkis di pesta olahraga bangsa-bangsa dunia itu pada Olimpiade Sydney 2000. Kemudian Athena 2004 saat itu untuk pertama kali Om Unang berkesempatan memimpin jalannya pertandingan di partai final Olimpade. Saat itu Om Unang memimpin pertandingan ganda putri antara pasangan Yang Wei-Zhang Jiewen melawan Gao Ling-Huang Hui yang dimenangi Yang-Zhang 7-15, 15-4, 15-8 (pertandingan ini lah yang paling berkesan bagi Om Unang itu). Sayang, di gelaran Olimpade Beijing 2008 Om Unang absen karena tak mendapat undangan dari IBF (BWF sekarang) dan sudah ada rekan wasit dari Indonesia lain yang bertugas. Dan kembali di Olimpiade London 2012 Om Unang menjadi satu-satunya wasit bulutangkis asal Indonesia, dan beliau dipercaya memimpin laga puncak final partai tunggal putra setelah sebelumnya beliau juga memimpin pertandingan semifinal ganda putra antara Lee Yong Dae/Jung Jae Sung [KOR] melawan Mathias Boe/Carsten Mogensen [DEN].
Selain Om Unang yang akan pensiun pada tahun 2014 ini, Indonesia juga memiliki tiga wasit lain yang bersertifikat BWF. Mereka adalah:
- Cholid Magad (Sudah Pensiun di 2013)
- Edy Rufianto (Tahun Pensiun 2018)
- Tata Mulyana (Tahun Pensiun 2019)
Harapannya, semoga kedepannya Indonesia dapat memiliki Om Unang-Om Unang lain yang bisa menjadi wasit bersertifikat BWF yang dapat memimpin pertandingan level tinggi dunia.
Setidaknya, jika gak ada atlet Indonesia yang tembus ke partai final masih ada nama INDONESIA yang terwakili melalui kursi wasit. Seperti pada kasus Olimpiade London 2012 tuuhh. Hweheheee....
Tapi tetap akan lebih membanggakan kalau di partai final tak hanya wasitnya yang asal Indonesia tapi juga ada atlet yang berlaga di partai final.
SEMOGA... :D
Jadi... ngelive pertandingan bulutangkis itu gak harus melulu mencari dan 'berburu' atlet loh... :D