Awalnya termotivasi oleh postingan yang ditulis sama Mbak Hani yang nulis tentang ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Tapi ternyata itu buat lomba blog.. akhirnya aku pengen dan tertarik untuk ikut juga dan pada akhirnya mulailah menulis postingan ini dengan semangat yang sama dan ini adalah hasilnya...
________________________________________________________________________
Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) hanya orang yang sedikit kurang beruntung jika dibanding dengan kita. Di dalam tubuh mereka menyebar virus mematikan yang sampai saat ini masih belum ditemukan obatnya, yaitu virus HIV.
Banyak orang yang memberikan penilaian bahkan penghakiman kepada para ODHA bahwa mereka adalah 'orang-orang kotor' karena di dalam tubuhnya menyebar virus kotor. Jika anda termasuk orang-orang itu, bukalah pikiran anda!! Semua orang termasuk saya, anda, dan kita semua juga bisa tertular virus itu jika kita tidak paham tentang bagaimana cara penularan virus tersebut.
Sebelumnya aku pengen jelasin sedikit tentang HIV/AIDS-nya dulu sebelum cerita tentang ODHA.
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia terutama merusak Limfosit T Helper. Jika tubuh sudah terkena virus ini sistem kekebalan tubuh akan menurun drastis dan akan mudah terkena infeksi. Kumpulan beberapa gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi virus HIV inilah yang disebut dengan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syindrome).
Banyak mitos yang yang berkembang tentang HIV/AIDS yang berkembang di masyarakat diantaranya adalah:
1. Penyakit orang homoseks.
2. Penyakit orang barat/turis.
3. Hanya menular lewat hubungan seks.
4. Dapat menular lewat kontak sosial biasa.
5. Penyakit kutukan Tuhan.
Semua mitos tersebut SALAH..!! Sekarang kita lihat faktanya, orang-orang heteroseks, orang lokal (asli Indonesia) juga banyak yang tertular HIV/AIDS. Sementara mitos bahwa HIV/AIDS hanya menular lewat hubungan seks juga salah, karena tanpa dengan berhubungan seks pun kita bisa terkena virus HIV/AIDS.
Selain melalui hubungan seks, HIV/AIDS juga bisa menular melalui penggunaan jarum suntik yang tidak steril atau penggunaan jarum suntik pada pengguna narkoba suntik (penasun), ibu hamil pada anaknya, Air Susu Ibu (ASI) ibu yang positif HIV pada anaknya. Secara garis besar virus HIV/AIDS menular melalui 3 cairan dalam tubuh, cairan itu adalah cairan kelamin, darah, dan ASI. INGAT..!!
Orang yang terkena virus HIV/AIDS pun tidak bisa segera dideteksi. Karena tanda-tanda atau gejala AIDS seperti rasa lelah yang berkelanjutan, sering demam, panas lebih dari 38 derajat celcius dan suka berkeringat di malam hari, berat badan turun lebih dari 10% per bulan, mengalami diare yang berkepanjangan, dan muncul bercak merah kebiruan di kulit, mulut dan hidung baru sekitar 1-2 tahun atau lebih dari mulai masuknya virus ke dalam tubuh tergantung kekebalan tubuh yang dimiliki.
Nah, itu tadi sekilas tentang HIV/AIDS-nya. Sekarang mau cerita tentang pertemuan nyataku sama ODHA.
Sekitar 3 tahun yang lalu, saat aku masih kelas X SMA aku bersama 8 orang teman yang lain berkesempatan mewakili sekolah untuk mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh Jombang Care Center (JCC), sebuah organisasi yang peduli tentang Narkoba dan HIV/AIDS. Pelatihan yang diadakan di Wonosalam selama 3 hari ini diikuti oleh perwakilan dari SMA/SMK se-Kabupaten Jombang.
Aku dan temen-temen. Perwakilan SMAN 3 Jombang |
Keseluruhan Peserta |
Dalam pelatihan itu kami mendapatkan berbagai informasi mengenai Narkoba dan HIV/AIDS mulai dari sejarah, penyebab, cara penularan, hingga kondisi terkini tentang penyalahgunaan narkoba dan penyebaran HIV/AIDS. Selama sesi penyampaian materi sempat ada kasak-kusuk dari teman-teman peserta pelatihan, mereka membicarakan mas-mas (yang pas itu belum tahu namanya) yang penampilannya agak aneh. Beliau punya luka-luka di tubuhnya, tapi lukanya itu kayak luka yang udah lama dan gak sembuh-sembuh. Sebenernya temen-temen itu pada penasaran dan pengen nanya langsung sama mas-mas itu, tapi karena belum kenal dan malu akhirnya nggak jadi tanya.
Singkatnya sampai pada hari kedua malam, panitia penyelenggara mengadakan malam keakraban. Hampir sama seperti malam keakraban di kegiatan-kegiatan lain, malam keakraban kami pada awalnya diisi dengan penampilan dari perwakilan peserta dan juga dari panitia penyelenggara.
Setelah dihibur oleh penampilan-penampilan sampai pada sesi sharing-sharing. Awalnya kami ditanya tentang bagaimana kesan-kesan kami selama mengikuti acara tersebut. Kami masih bisa 'cengengesan' dan menjawab kalo kami senang meskipun capek karena tenaga diforsir untuk menerima materi-materi yang disampaikan. Kemudian ada yang dari salah satu panitia yang bertanya tentang bagaimana reaksi kami seandainya kami bertemu langsung dengan ODHA. Kami mulai serius menjawab bahwa kami tidak akan takut dan akan tetap bersikap biasa pada mereka karena kami sudah tahu teori tentang penyebaran HIV/AIDS. Tapi jawaban kami seperti terkesan hanya ucapan yang diplomatis, ucapan yang tanpa bukti. Hingga pada puncaknya, mas-mas yang dikasak-kusukkan oleh teman-teman yang akhirnya diketahui bernama Mas Budi Winarko yang akrab dipanggil Mas Budi ini berbicara. Beliau menyatakan bahwa beliau adalah ODHA, Orang Dengan HIV/AIDS positif. Seketika peserta hening, sedikit tampak wajah-wajah cemas. Mas Budi yang membaca situasi tersebut mengajak bercanda kami dengan berkata "Katanya kalian tidak akan takut kalau bertemu dengan ODHA, tapi kenapa ekspresi kalian seperti itu saat saya berkata jika saya ini adalah ODHA? Kalian tidak percaya kalau saya ODHA?" Tapi tak ada jawaban dari kami peserta.
Karena tak ada tanggapan dari kami para peserta Mas Budi melanjutkan pembicaraannya. Beliau mulai menceritakan hari-harinya sebagai ODHA, tapi beliau tidak sekalipun menyinggung kenapa beliau sampai terkena virus HIV/AIDS. Saat saya tanya pada salah satu panitia pada keesokan harinya setelah sarapan katanya itu merupakan rahasia pribadi dan kita tidak sopan jika sampai menanyakannya.
Mas Budi menceritakan hari-harinya sebagai ODHA, sama seperti para ODHA yang lain awalnya Mas Budi tidak mau berterus terang pada orang lain saat pertama ia tahu bahwa dirinya terkena virus HIV karena takut tak diterima. Sampai pada akhirnya ia mengaku pada keluarga dan beruntung keluarganya mau menerimanya dengan tangan terbuka. Semenjak beliau tahu bahwa dirinya terkena virus HIV/AIDS beliau tidak pernah lepas dari obat ARV (Anti Retro Virus) yang berfungsi untuk memperlambat pertumbuhan virus HIV/AIDS yang harus diminumnya setiap hari selama hidupnya.
Kemurahan Allah SWT tampaknya masih menaungi keluarga Mas Budi, istri dan anak-anak Mas Budi dinyatakan negatif HIV/AIDS meskipun Mas Budi adalah seorang ODHA positif.
Semenjak tertular HIV/AIDS, Mas Budi semakin peduli dengan penyebaran HIV/AIDS, ia menjadi relawan untuk berbiacara di berbagai pelatihan. Hanya satu tujuannya, agar tak ada lagi orang-orang lain yang bernasib sama seperti dirinya.
Setelah mendengar cerita dari sosok yang luar biasa itu tadi kami mulai paham dan bertekad untuk menerapkan teori yang kami dapatkan lebih maksimal lagi. Karena ternyata disini kami tak hanya mendapat teori tapi juga praktek. Kami berhadpan langsung dengan ODHA.
Acara berakhir dengan salam-salaman dan tanpa canggung kami bergantian memeluk Mas Budi.
Terima kasih Mas Budi... :) |
Sebenarnya setelah Mas Budi ngasih testimoninya, masih ada satu testimoni lagi dari Mbak yang aku lupanya, dia ngasih testimoni tentang pengalaman dia sebagai mantan PSK. Tapi karena aku lupa siapa namanya dan bagaimana detail ceritanya, lebih baik nggak aku ceritakan aja yaa daripada nanti jadi salah-salah semua. Mohon maklum.. Hehehee...
Kabar terakhir yang aku terima dari teman-teman JCC, sebelum pergi ke Malang untuk kuliah, Mas Budi sudah dipanggil pulang oleh Allah SWT. Teman-teman juga nggak tau kapan persisnya, yang jelas kata mereka Mas Budi sudah nggak ada. Semoga arwah dan amal baik beliau diterima Allah SWT. Amin.
Sungguh beruntung bisa bertemu beliau, meski hanya pertemuan dan cerita singkat yang kami dapat dari beliau, tapi kami memperoleh kesempatan dan pengalaman langsung bertemu dengan ODHA sehingga kedepannya jika kami bertemu ODHA lagi kami bisa bersikap sewajarnya. Tidak memandang rendah mereka, tidak menstigma negatif mereka, dan juga menghimbau kepada masyarakat luas agar tidak berstigma negatif kepada ODHA. Dan yang lebih terpenting adalah merangkul mereka, tetap menganggap mereka saudara, memberikan semangat dan motivasi bagi mereka.
Karena pada hakikatnya bukan ODHA yang harus dijauhi, tapi virus HIV/AIDS-lah yang harus dijauhi.
Karena ODHA juga manusia.... :)
Jombang - Jawa Timur