Sayonara Simon Santoso
Sang tunggal putra itu pun akhirnya meninggalkan markas besar Pelatnas Cipayung.
Simon Santoso. Pemain tunggal putra Indonesia kelahiran Tegal, 29 Juli 1985 itu pun mengambil keputusan untuk mengundurkan diri dari Pusat Pelatihan Nasional (Pelatnas) dan 'pulang' ke club asalnya Tangkas Jakarta setelah gagal memenuhi target PP PBSI di dua turnamen pembuka di tahun 2014 ini.
Juara Indonesia Open Superseries 2012 dan juara Indonesia Open Grand Prix Gold 2013 ini ditargetkan dapat masuk semfinial di turnamen Korea Open Superseries dan Malaysia Open Superseries Premiere, namun Simon gagal memenuhi targer di dua turnamen tersebut. Di Korea Open Superseries, Simon hanya sampai di babak pertama. Perjalanannya harus terhenti setelah dikalahkan oleh pemain ranking 2 dunia asal China, Chen Long dengan skor 11-21 12-21. Sementara itu, di Malaysia Open Superseries Premiere, Simon yang harus berjibaku dari babak kualifikasi justru harus angkat koper jauh lebih awal. Jangankan masuk ke babak utama seperti saat Korea SS, lolos kualifikasi saja tidak. Pemain berusia 28 tahun ini dikalahkan 21-14 22-24 19-21 oleh Gao Huan dari China babak penyisihan kualifikasi.
Berdasarkan dari hasil dua turnamen itu, Kabid Binpres PP PBSI Rexy Mainaky melakukan pemanggilan terhadap Simon dan melalukan pembicaraan terhadap nasib Simon di Pelatnas Cipayung. Dan hasilnya... Simon mengundurkan diri.
Simon saat menjuarai Indonesia Open SSP 2012 |
Dikutip dari jpnn.com (dalam Samarinda Pos Online) Simon memberikan surat pengunduran dirinya pada Pelatnas kemarin (22/1). Dijelaskan juga bahwa Simon akan kembali berlatih di klubnya Tangkas Jakarta.
"Saya sudah menyerahkan surat mundur kepada PP PBSI. Setelah ini saya akan kembali berlatih di klub lama Tangkas Jakarta. Harapan saya tetep bisa berprestasi dan memperbaiki rangking serta mengembalikan performa," tutur Simon.
Menanggapi pengunduran diri Simon, Om Rexy *saya panggilnya Om, karena yaa biar lebih sopan. Masa' panggil Pak (?)* membenarkan bahwa Simon sudah tak lagi di Pelatnas.
Lantas, dengan mundurnya Simon siapakah yang akan mengisi slot tunggal putra prestasi menggantikan Simon? Om Rexy memproyeksikan Jo (Jonatan Christie) dan Ihsan (Ihsan Maulana Mustofa) yang saat ini masih berada di kategori potensi sebagai pengganti Simon alih-alih Wisnu Yuli Prasetyo atau Riyanto Subagja yang sebenarnya lebih senior dibandingkan Jo dan dan Ihsan yang 'baru saja lulus' dari level junior. Bahkan Jo di tahun 2014 ini masih diproyeksikan sebagai MS andalan merah putih di ajang World Junior Championship dan Youth Olympic Championship setelah rekannya Ihsan sudah tak bisa mengikutinya lagi lantaran umur yang sudah melewati batas maksimal. *Jo kelahiran tahun 1997 dan Ihsan kelahiran 1995*
"Kita harapkan Jonathan (Jonathan Cristie, Red) atau Ihsan (Ihsan Maulana Mustofa, Red)," tulis Kabid Binpres PP PBSI, Rexy Mainaky lewat pesan singkat *masih dikutip dari jpnn.com (dalam Samarinda Pos Online)*
Nama Jo dan Ihsan ini muncul setelah kecemerlangan mereka di ajang World Junior Championship 2013 yang digelar di Bangkok, Thailand 23 Oktober-3 November 2013 lalu.
Jonathan berhasil mencapai delapan besar dan mengalahkan unggulan kedua turnamen sekaligus wakil tuan rumah, Thammasin Sitthikom. Sedang Ihsan mencapai semifinal.
Jonathan berhasil mencapai delapan besar dan mengalahkan unggulan kedua turnamen sekaligus wakil tuan rumah, Thammasin Sitthikom. Sedang Ihsan mencapai semifinal.
Lantas bagaimana dengan Thomas Cup yang menjadi salah satu 'miles stone' *pinjam istilahnya Pak Gita* yang ditetapkan oleh PP PBSI. Piala Thomas (dan Uber kalau bisa) harus pulang kembali ke Indonesia. Piala Thomas yang sudah hampir 12 tahun tak pernah pulang kembali ke Tanah Air, yang terakhir kali pulang ke pelukan Ibu Pertiwi pada tahun 2002 harus dibawa pulang oleh punggawa merah putih.
"Dia (Simon) siap dipanggil ke dalam skuad Piala Thomas tahun ini jika memang masih dipanggil. Dia akan bermain secara profesional," kata Om Rexy menjawab mengenai permasalahan Tim Thomas setelah mundurnya Simon.
Sedikit flashback mengenang Final Thomas Cup 2002 yang saat itu skuad Thomas Cup masih diperkuat oleh pemain-pemain lawas seperti Taufik Hidayat, Marleve Mainaky (sekarang jadi pelatih tunggal putri Pelatnas), Sigit Budiarto/Candra Wijaya, Tri Kusharjanto/Halim Haryanto, dan Hendrawan.
Final Thomas Cup 2002. Saat itu Indonesia vs Malaysia
- Tunggal pertama : Marleve Mainaky vs Wong Chong Hann 5-7 5-7 1-7 *kalah* :'(
- Ganda pertama : Sigit Budiarto/Candra Wijaya vs Chew Choong Eng/Chan Chong Ming 7-3 7-4 7-2 *menang* :')
- Tunggal kedua : Taufik Hidayat vs Lee Tsuen Eng 7-1 5-7 2-7 3-7 *kalah* :'(
- Ganda kedua : Tri Kusharjanto/Halim Haryanto vs Lee Wan Wah/Choong Tan Fook 8-7 7-8 7-1 7-3 *menang* :')
- Tunggal ketiga : Hendrawan vs M.Roslin Hashim 8-7 7-2 7-1 *menang* :')
P.S: gak ngerti tuh gimana sama sistem angka 7. Pokoknya Tim Thomas Indonesia menang 3-2 dari Malaysia gitu aja deh... *wkwkk*
Tim Thomas 2002 *rata2 sekarang pada jadi pelatih* :D |
Memang sedikit mengagetkan sekaligus menyayangkan meskipun sudah ada beberapa yang memprediksikan bahwa ending dari karir Simon di Pelatnas Cipayung akan seperti ini. Namun, seperti apa kata pepatah roda akan selalu berputar. Simon yang pernah mengalami kondisi di atas dengan raihan-raihan prestasi yang diraihnya kini harus di bawah, kembali harus berjuang untuk memutar kembali rodanya agar ia bisa kembali di atas walau harus berkorban keluar dari Pelatnas untuk memberikan kesempatan kepada junior-juniornya untuk ikut merasakan bagaimana kerasnya pertarungan tunggal putra dunia. Memberikan estafet regenerasi kepada adik-adiknya untuk membanggakan dan mengharumkan nama bangsa Indonesia melalui bulutangkis sektor tunggal putra.
Mundurnya Simon dari Pelatnas juga bukan sebuah titik mati bagi karir pria Tegal ini. Berkarir melalui jalur independen (atau sering disebut jalur profesional) di luar Pelatnas bisa menjadi pilihan untuk membangun karir kembali sekaligus membuktikan bahwa sebenarnya Simon belum habis. Ia mundur dari Pelatnas hanya untuk memberikan tempatnya pada adik-adik yang sangat disayanginya yang diharapkannya dapat menggantikan dirinya berdiri di podium tertinggi sektor tunggal putra di turnamen-turnamen bergengsi dunia.
Sayonara Simon... :'( *gambar pinjam dari sini* |
Simon Santoso...
Terima kasih atas segala dedikasi yang engkau berikan selama hampir 11 tahun (2003-2014) bergabung di Pelatnas Cipayung.
Semoga kami para pecinta bulutangkis Indonesia masih dapat melihat aksimu di lapangan hijau, meski kau tak lagi bergabung di 'kawah candradimuka' bulutangkis Indonesia.
Simon Santoso. Indonesia GPG 2013. *gelar terakhir dengan label 'pemain Pelatnas' (selain Kejurnas) * |
*P.S : Tulisan lain tentang Simon yang paling saya suka. Tulisan dari Bang Ega (wartawan Top Skor). Bisa dibaca disini. Atau langsung aja klik ke http://foodballgame.wordpress.com/
1 comments
Sayang sekali..
BalasHapus